Jumat, 07 Mei 2010

Sunah-Sunah Shalat

Shalat mempunyai beberapa sunah yang dianjurkan untuk kita kerjakan sehingga menambah banyak pahala kita. Sunah-sunah tersebut di antaranya adalah sebagai berikut.

Mengangkat kedua tangan sejajar dengan bahu atau sejajar dengan kuping pada keadaan sebagai berikut:
· ketika bertakbiratul ihram,

· ketika rukuk,

· ketika bangkit dari rukuk,

· ketika berdiri setelah rakaat kedua ke rakaat ketiga.

Hal ini berdasarkan hadis Ibnu Umar ra, "Bahwasanya Nabi saw apabila beliau melaksanakan salat, beliau mengangkat kedua tangannya sampai sejajar dengan kedua bahu beliau, kemudian membaca takbir. Apabila beliau ingin rukuk, beliau pun mengangkat kedua tangannya seperti itu, dan begitu pula kalau beliau bangkit dari rukuk." (Muttafaq 'alaih)

Adapun ketika berdiri untuk rakaat ketiga, hal ini berdasarkan apa yang dilakukan Ibnu Umar, karena beliau apabila berdiri dari rakaat kedua beliau mengangkat kedua tangannya. (HR Bukhari secara mauquf, al Hafiz Ibnu Hajar berkata, "Dan riwayat ini dihukumi marfu." Ibnu Umar menisbatkan hal tersebut kepada Nabi saw.

Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri di atas dada atau di bawah dada dan di atas pusar. Hal ini berdasarkan perkataan Sahl bin Sa'd ra, "Orang-orang (di masa Nabi saw) disuruh untuk meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri dalam salat." (HR Bukhari secara mauquf. al Hafiz Ibnu Hajar berkata, ''Riwayat ini dihukumi marfu.")
Dan berdasarkan hadis Wail bin Hijr ra, "Saya pernah salat bersama Nabi saw, kemudian beliau meletakkan tangan kanannya di atas tangan kiri di atas dadanya." (HR Ibnu Huzaimah, sahih)

Membaca doa iftitah. Ada beberapa contoh doa iftitah, di antaranya:


(Catatan: Bagi siapa saja yang masih pemula (belum bisa) dalam membaca ayat-ayat atau doa-doa untuk amalan ibadah, sebaiknya mencari tahu langsung kepada seorang guru yang dapat menunjukkan aturan-aturan cara membunyikan bahasa atau istilah Alquran dan Hadis. Hal ini bermaksud agar tidak terjadi salah pengucapan (makhraj) dan salah pengertian terhadap suatu doa atau ayat Alquran. Yang lebih penting lagi karena kita dituntut untuk mengikuti petunjuk yang ada).



"Alloohumma baa 'id bainii wa baina khothooyaa yakamaa baa 'ad ta bainal masyriqi wal maghribi,
Alloohumma naqnii min khothooyaa yakamaa yunaqqotstsaubul abyadhu minaddanasi,
Alloohummagh silnii min khothooyaa yabillatstsalji wal maa'i wal barodi."


"Ya Allah, jauhkanlah jarak antara aku dan dosa-dosaku, sebagaimana Engkau jauhkan jarak antara timur dan barat. Ya Allah bersihkanlah aku dari segala dosa-dosaku, sebagaimana pakaian yang putih dibersihkan dari noda. Ya Allah, basuhlah dosa-dosaku dengan air, es dan embun." (Muttafaq 'alaih)

"Subhaanakalloohumma wabihamdika watabaarokasmuka wata'alaa jadduka walaa ilaa ha ghoiruka."

"Maha Suci Engkau ya Allah, dan dengan memuji-Mu. Maha Suci nama-Mu dan Maha Tinggi kebesaran-Mu, dan tiada Ilah selain Engkau." (HR Muslim secara maukuf--terhenti sanadnya kepada Umar bin Khattab dan diriwayatkan oleh Abu Daud, Tirmidzi, dan Hakim secara marfu--bersambung sanadnya hingga kepada Nabi saw, sahih)

"Wajjahtu wajhiya lilladzii fathorossamawaati walardho hanifammuslimaawwamaa anaa minal musyrikiina. Inna sholaatii wanusukii wamahyaaya wamamaatii lillahi robbal 'aalamiina. Laasyariikalahu wabidzaalika umirtu wa anaa minal muslimiina."

"Saya hadapkan wajahku kepada Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, dengan tunduk sebagai orang muslim dan tidaklah aku termasuk gologan orang musyrik. sesungguhnya salat dan ibadahku, hidup dan matiku itu bagi Allah, Tuhan sekalian alam, tiada sekutu bagi-Nya, dengan itulah kami diperintah dan aku termasuk orang-orang yang berserah diri." (HR. Ahmad, Muslim, Tirmizi, Abu Daud, dll)

Membaca istiazah (A'udzubillaahiminasy syaithoonirojiim) pada rakaat pertama dan membaca basmalah dengan suara pelan pada tiap-tiap rakaat. Hal ini berdasarkan firman Allah SWT, "Maka apabila kamu membaca Alquran, maka hendaklah kamu memohon perlindungan kepada Allah dari setan yang terkutuk." (An-Nahl: 98)
Membaca amin (aamiin) setelah membaca surat Al-Fatihah. Hal ini disunahkan kepada setiap orang yang salat, baik sebagai imam maupun makmum atau salat sendirian. Hal ini berdasarkan hadis Rasulullah saw, "Apabila imam membaca amin, maka ucapkanlah pula olehmu. Maka sesungguhnya barangsiapa yang bacaan aminnya berbarengan dengan aminnya malaikat, maka akan diampuni segala dosa-dosanya yang terdahulu." (HR Bukhari dan Muslim)
Dari sahabat Wa'il bin Hijr, "Saya mendengar Rasulullah membaca Ghairil maghdubi 'alaihim waladdoolliin, lalu beliau ucapkan "aamiin" dengan suara panjang. (HR Ahmad dan Abu Daud, dinilai baik oleh Tirmizi) .

Membaca ayat setelah membaca surat Al-Fatihah. Dalam hal ini cukup dengan satu surat atau beberapa ayat Alquran pada dua rakaat salat Subuh dan dua rakaat pertama pada salat Duhur, Asar, Magrib dan Isya. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah saw, "Rasulullah saw ketika salat Duhur membaca Ummul Kitab (Al-Fatihah) dan dua surat pada dua rakaat pertama, dan beliau membaca Ummul Kitab saja pada dua rakaat berikutnya dan terkadang beliau perdengarkan ayat (yang dibacanya) kepada para sahabat." (Muttafaq 'alaih)
Mengeraskan bacaan Al-Fatihah dan surat pada waktu salat jahriah (yang dikeraskan bacaannya) dan merendahkan suara pada salat yang dipelankan bacaannya (sirriah). Yaitu mengeraskan suara pada dua rakaat yang pertama pada shalat Magrib dan Isya dan pada kedua rakaat shalat Subuh. Dan merendahkan suara pada yang lainnya. Ini semuanya dalam pelaksanaan shalat fardu, dan ini dicontohkan (tsabit) dan populer dari Rasulullah saw, baik secara perkataan maupun perbuatan. Adapun pada salat sunah, maka dianjurkan untuk merendahkan suara apabila dilaksanakan pada siang hari dan disunahkan mengeraskan suara jika salat sunah itu dilaksanakan pada waktu malam hari, terkecuali apabila takut mengganggu orang lain dengan bacaannya itu, maka disunahkan baginya untuk merendahkan suara ketika itu.
Memanjangkan bacaan pada salat Subuh, membaca dengan bacaan yang sedang pada shalat Duhur, Ashar dan Isya, dan disunahkan memendekkan bacaan pada salat Magrib. Hal ini berdasarkan hadis berikut.
"Dari Sulaiman bin Yasar, dari Abu Hurairah ra, beliau berkata, 'Aku tidak pernah melihat seseorang yang lebih mirip salatnya dengan salat Rasulullah daripada si Fulan --seorang imam di Madinah.' Sulaiman berkata, 'Kemudian aku salat di belakang orang tersebut, dia memperpanjang bacaan pada dua rakaat pertama salat Duhur dan mempercepat pada dua rakaat berikutnya. Mempercepat bacaan surat dalam salat Asar. Dan pada dua rakaat pertama salat Magrib ia membaca surat mufasal (1) yang pendek, sedang pada dua rakaat pertama shalat Isya ia membaca surat mufasal yang sedang, selanjutnya pada shalat Subuh ia membaca surat-surat mufasal yang panjang'." (HR Ahmad dan Nasai, sahih)

Cara duduk yang diriwayatkan (tsabit) dari Rasulullah saw dalam salat adalah duduk bertumpu pada paha kiri (iftirasy) pada semua posisi duduk dan semua tasyahud selain tasyahud akhir. Apabila ada dua tasyahud dalam salat itu, maka dia harus duduk tawaruk pada tasyahud akhir. Hal ini berdasarkan perkataan Abu Hamid as Sa'idi di hadapan para sahabat. Ketika ia menerangkan salat Rasulullah saw, di antaranya menyebutkan, "Maka apabila beliau duduk setelah dua rakaat, beliau duduk di atas kaki kiri sambil menegakkan telapak kaki kanan, dan apabila beliau duduk pada rakaat akhir, beliau majukan kaki kiri sambil menegakkan telapak kaki yang satunya, dan beliau duduk di lantai." (HR Bukhari)
Iftirasy: Yaitu duduk di atas kaki kiri sambil menegakkan telapak kaki kanan.
Tawaruk (tawarruk): Yaitu meletakkan telapak kaki kiri di bawah betis kanan, kemudian mendudukkan pantat di alas/lantai dan menegakkan telapak kaki kanan.

Keterangan: Rasulullah saw, apabila duduk tasyahud, beliau meletakkan tangan kirinya di atas paha kiri dan tangan kanannya di atas paha kanan, kemudian beliau menelunjukkan dengan jari telunjuk (HR Muslim). Dan beliau tidak melebihkan pandangannya dari telunjuk itu. (HR Abu Daud, sahih)

Berdoa pada waktu sujud. Hal ini berdasarkan sabda Rasulullah saw:
"Ketahuilah! Sesungguhnya aku dilarang membaca Alquran ketika rukuk dan sujud. Adapun yang dilakukan pada waktu sujud maka hendaklah kamu membesarkan Rabbmu dan pada waktu sujud maka hendaklah kamu bersungguh-sungguh berdoa, niscaya dikabulkan doamu." (HR Muslim)

Membaca selawat untuk Nabi saw pada waktu tasyahud akhir. Tetapi, menurut ulama mazab Hanbali dan Syafi'i, membaca selawat ini fardu, sedangkan yang sunah adalah selawat untuk keluarga nabi.
Dari Ka'b bin 'Ujrah, ia berkata, "Kami bertanya, 'Ya Rasulullah, kami telah tahu bagaimana cara mengucapkan salam kepada Anda. Sekaang bagaimana pula cara memberi selawat bagi Anda?' Ia menjawab, 'Katakanlah:

"Alloohumma salli 'ala Muhammad wa 'ala aali Muhammad, kamaa sallaita 'alaa aali Ibraahiima, innaka hamiidun majiid. Alloohumma baarik 'alaa Muhammad wa 'alaa aali Muhammad, kamaa baarokta 'alaa aali Ibroohiima, innaka hamiidun majiid."


"Ya Allah, berikanlah rahmat kepada Muhammad dan keluarganya sebagaimana telah Engkau berikan kepada keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia. Ya Allah, berkatilah Muhammad dan keluarganya, sebagaimana telah Engkau berkati keluarga Ibrahim, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Mahamulia." (Hadis Jamaah)

Berdoa setelah selesai dari membaca tasyahud dan membaca salawat untuk Nabi dengan doa yang dicontohkan Rasulullah saw. Di antara doa tersebut adalah:
Dari Abu Hurairah, Rasulullah bersabda, "Jika salah seorang di antaramu telah selesai membaca tasyahud akhir, hendaklah ia memohon perlindungan kepada Allah dari empat hal, dengan membaca:

"Alloohumma inni a'uuzu bika min 'azaabi jahannam, wa min 'azaabil qabri, wa min fitnatil mahyaaa wal mamaati, wa min syarri fitnatil masiihid dajjaal."

"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa neraka jahanam, dari siksa kubur, dari bencana kehidupan dan kematian, serta dari kejahatan bencana Dajjal si penipu." (HR Muslim)

Dari Ali, ia berkata, "Bila Rasulullah mengerjakan salat, maka ucapan terakhir yang dibacanya di antara tasyahud dan salam ialah:

"Alloohummaghfir lii maa qoddamtu, wa maa akhkhortu, wa maa asrortu, ma maa a'lantu, wa ma asroftu, wa maa anta a'lamu bihii minnii, antal muqoddimu, wa antal mu'akhkhiru, laa ilaaha illaa anta."

"Ya Allah, ampunilah dosa-dosaku yang terdahulu maupun yang kemudian, yang kusembunyikan dan yang kutampakkan, apa-apa yang aku berlebihan dan segala apa yang Engkau sendiri lebih mengetahuinya daripadaku. Engkaulah yang memajukan dan Engkau pula yang mengakhirkan. Tiada tuhan melainkan Engkau." (HR Muslim)

Mengucapkan salam ke sebelah kiri. Namun ulama Hanbali berpendapat, mengucapkan salam dua kali: ke sebelah kanan dan kiri adalah fardu.
Menoleh sewaktu mengucapkan salam ke sebelah kanan dan kiri hingga dapat terlihat pipinya dari belakang.
"Bahwasanya Rasulullah saw melakukan salam ke kanan dan ke kiri sehingga terlihat putihnya pipi beliau." (HR Muslim)

Beberapa dzikir dan do'a setelah salam. Telah diriwayatkan beberapa dzikir dan do'a setelah salam dari Rasulullah Shallallaahu alaihi wasallam yang disunnahkan untuk dibaca. Di sini akan kami pilihkan beberapa dzikir dan do'a, di antaranya:


Dari Tsauban ra, ia berkata, Rasulullah saw apabila selesai salat, beliau membaca istigfar tiga kali (1) dan membaca: "Alloohumma antas salaam waminkas salaam tabarokta yaa dzaljalaali wal Ikroom."


"Ya Allah, Engkaulah Yang Maha Sejahtera, dari Mulah kesejahteraan, Maha Suci Engkau wahai Rabb Yang Maha Agung dan Maha Mulia." (HR Muslim)

Dari Mu'adz bin Jabal , bahwasanya Nabi saw pada suatu hari memegang tangannya, kemudian bersabda, "Wahai Mu'adz, sesungguhnya aku mencintai kamu, aku berpesan kepadamu wahai Mu'adz, janganlah kamu tinggalkan setelah selesai salat membaca doa:

"Allohumma a'inni 'ala dzikrika wasyukrika wahusni 'ibaadatika."


"Ya Allah, tolonglah aku di dalam berzikir, bersyukur dan beribadah dengan baik kepadamu." (HR Imam Ahmad, Abu Daud dan Al-Hakim, hadits shahih)


Dari Mughirah bin Syu'bah , bahwasanya Rasulullah saw membaca pada tiap selesai salat fardu:
"Laailaaha illallohu wahdahu laa syarikalahu lahulmulku walahul hamdu wahuwa 'ala kulli syain qodiir. Allohumma laa maani'a lima a'thoita walaa mu'thia limaa mana'ta walaa yanfa'u dzaljaddi minkal Jaddu."


"Tiada sesembahan yang hak melainkan Allah Yang Maha Esa, tidak ada sekutu bagi-Nya. Milik-Nyalah kerajaan dan pujian, sedang Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Ya Allah tidak ada yang mampu mencegah apa yang Engkau berikan dan tidak ada yang mampu memberi apa yang Engkau cegah. Dan tidaklah berguna kekuasaan seseorang dari ancaman siksa-Mu." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Dari Abu Hurairah, bahwa Nabi saw bersabda, "Siapa yang membaca tasbih (Subhaanallooh) 33 kali dan tahmid (Alhamdulillaah) 33 kali serta takbir (Alloohuakbar) 33 kali (jumlahnya menjadi 99), kemudian menggenapkan hitungan keseratus dengan bacaan:

"Laailaaha illallohu wahdahu laa syarikalahu lahulmulku walahul hamdu wahuwa 'ala kulli syain qodiir."


"Tiada sesembahan yang haq melainkan Allah Yang Maha Esa, tiada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya kerajaan dan segala pujian, sedang Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu), maka ia akan diampuni kesalahan-kesalahannya sekalipun sebanyak buih di lautan." (HR Muslim)

"Dari Abu Umamah , bahwa Nabi saw bersabda, "Barangsiapa membaca ayat Kursi pada tiap-tiap selesai salat, maka tidak ada lagi yang menghalanginya untuk masuk surga hanya saja dia akan meninggal dunia." (HR Nasai, Ibnu Hibban, ath Thabrani, sahih)

Dari Sa'd bin Abi Waqqas, bahwasanya dia mengajari anak-anaknya beberapa bacaan sebagaimana halnya ketika seorang guru mengajari anak-anak menulis, dan dia berkata, "Sesungguhnya Rasulullah saw memohon perlindungan kepada Allah dengan membaca bacaan-bacaan tersebut pada tiap-tiap selesai salat, yaitu:

"Allohumma inni a'udzu bika minal bukhli wal jubni wa a'udzu bika min fitnatil mahyaa wamin 'adzabil qobri."


"Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari sifat kikir dan pengecut. Aku berlindung kepada-Mu agar aku tidak dijadikan pikun. Dan aku berlindung kepada-Mu dari fitnah (cobaan) dunia dan dari siksa kubur." (HR Bukhari)

Referensi:

Diadaptasi dari Tuntunan Salat Menurut Alquran & As-Sunah, Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Jibrin

Jangan Jahat...

Rencana Jahat itu Tidak Akan Menimpa Selain Orang Yang Merencanakannya Sendiri (QS Faathir : 43 )