Minggu, 24 Mei 2009

LATIHAN PEMBERSIHAN JIWA . . .

Duduklah seperti duduk diantara dua sujud (duduk i’tiraj). Leremkan tubuh dan tundukkan hati dan pikiran.Dengan rendah hati, sampaikanlah permohonan ampun kepada Allah :Rabbighfirlii ( ALLAH TUHANKU, ampuni aku).Diam sejenak. Buka dada dan diri Anda untuk menerima ampunan Allah seperti Anda membuka diri ketika merasakan hembusan angin sepoi-sepoi atau menerima curahan air hujan ketika masih kecil.Jika Anda tidak merasakan sesuatu di dada Anda tidak mengapa, mungkin Anda kurang sensitif, tapi tetaplah membuka diri Anda untuk menerima ampunan Allah. Ulangi permintaan beberapa kali sampai Anda merasa tenang.Berikutnya sampaikanlah permintaan kedua :Warhamnii (sayangi aku)Diam dan tundukkanlah diri Anda untuk menerima kasih sayang Allah yang tak terkira besarnya. Bukalah dada Anda seluas-luasnya agar semakin banyak kasih sayang Allah yang Anda terima. Ulangi beberapa kali sampai Anda merasa cukup.Berturut-turut sampaikanlah permintaan-permintaan berikut dengan cara sebagaimana tersebut di atas, satu per satu:Wajburnii (tutupi aib-aibku) Warfa’nii (angkat derajatku)Warzuqnii (beri aku rizki) Wahdinii (beri aku petunjuk)Wa’afinii (sehatkan aku) Wa’fuani (maafkan aku) Setelah selesai, diamlah sejenak lalu sampaikan rasa syukur kita.STOP Jangan melanjutkan sebelum melakukan latihan di atas
Kenapa Kau Tuntut Tuhan-mu ?
 “Janganlah kau tuntut Tuhanmu karena tertundanya keinginanmu, tetapi tuntutlah dirimu sendiri karena engkau telah menunda adabmu kepada Allah.”Betapa banyak orang menuntut Allah, karena selama ini ia merasa telah berbuat banyak, telah melakukan ibadah, telah berdoa dan berjuang habis-habisan. Tuntutan demikian karena seseorang merasa telah berbuat, dan merasa perlu ganti rugi dari Allah Ta’ala. Padahal meminta ganti rugi atas amal perbuatan kita, adalah wujud ketidak ikhlasan kita dalam melakukan perbuatan itu. Manusia yang ikhlas pasti tidak ingin ganti rugi, upah, pahala dan sebagainya. Manusia yang ikhlas hanya menginginkan Allah yang dicinta. Pada saat yang sama jika masih menuntut keinginan agar disegerakan, itu pertanda seseorang tidak memiliki adab dengan Allah Ta’ala.Sudah sewajarnya jika kita menuntut diri kita sendiri, karena Allah tidak pernah mengkhianati janjiNya, tidak pernah mendzalimi hambaNya, dan semua janjinya tidak pernah meleset. Kita sendiri yang tidak tahu diri sehingga, kita mulai intervensi soal waktu, tempat dan wujud yang kita inginkan. Padahal itu semua adalah Pekerjaan Allah dan urusanNya.Orang yang terus menerus menuntut dirinya sendiri untuk Tuhannya, apalagi menuntut adab dirinya agar serasi dengan Allah Ta’ala, adalah kelaziman dan keniscayaan. Disamping seseorang telah menjalankan ubudiyah atau kehambaan, maka si hamba menuruti perilaku adab di hadapanNya, bahwa salah satu adabn prinsipalnya adalah dirinya semata untuk Allah Ta’ala.Karena itu Ibnu Athaillah melanjutkan:“ Ketika Allah menjadikanmu sangat sibuk dengan upaya menjalankan perintah-perintahNya dan Dia memberikan rezeki, rasa pasrah total atas Karsa-paksaNya, maka sesungguhnya saat itulah betapa agung anugerahNya kepadamu.”Anugerah paling agung adalah rezeki rasa pasrah total atas takdirNya yang pedih, sementara anda terus menerus menjalankan perintah-perintahNya dengan konsisten, tanpa tergoyahkan.Wahb ra, mengatakan, “Aku pernah membaca di sebagian Kitab-kitab Allah terdahulu, dimana Allah Ta’ala berfirman: “Hai hambaKu, taatlah kepadaKu atas apa yang Aku perintahkan kepadamu, dan jangan ajari Aku bagaimana Aku berbuat baik kepadamu.Aku senantiasa memuliakan orang yang memuliakan Aku, dan menghina orang yang menghina perintahKu. Aku tak pernah memandang hak hamba, sehingga hamba memandang (memperhatikan) hakKu.”Syeikh Abu Muhammad bin Abdul Aziz al-Mahdawi ra, mengatakan, “Siapa pun yang dalam doanya tidak menyerahkan dan merelakan pilihannya kepada Allah Ta’ala, maka si hamba tadi terkena Istidroj dan tertipu. Berarti ia tergolong orang yang disebut dengan kata-kata, “Laksanakan hajatnya, karena Aku sangat tidak suka mendengarkan suaranya.”. Namun jika ia menyerahkan pilihannya pada Allah Ta’ala, hakikatnya ia telah diijabahi walau pun belum diberi. Amal kebaikan itu dinilai di akhirnya…”  ALLAHU AKBAR - ALLAHU AKBAR – ALLAHU AKBAR

Minggu, 10 Mei 2009

Jimat, cara ampuh!

Ketika Anda berpikir pergi ke dukun adalah menyelesaikan masalah anda, saat itu percayalah Tuhan Sang Maha Tunggal, Sang Maha Suci dan Maha Kuasa, membuka lebar-lebar "tanganNYA" untuk membelai anda dengan kasih sayangNya yang tidak pernah habis..

JiMat  [siJi diruMat] akan membuka aura spiritual Anda menuntun Anda kepada tujuan. Bila Anda Yakin menempuh jalan kebenaran : Serahkan masalah Anda kepada Allah dengan BERTAUHID SEPENUH HATI dengan cara seperti ini :

1. Bertaubatlah dari seluruh dosa dan kesalahan,

2. Berjanjilah menempuh hidup di jalan ALlah dengan bertakwa kepadaNya,

3. Dirikanlah sholat, rasakan indahnya berkomunikasi dengan ALLAH, haturkan permintaan Anda ketika duduk iftiros dengan sepenuh rasa, sepenuh cipta sehalus nafas. Jangan tergesa-gesa . . .

4. Jangan musrik, satu-satunya dosa yang tidak terampuni adalah menyekutuikan TUHAN ALLAH dengan apapun . .

Lupakanlah orang bicara apa, tetapi bicaralah kepada ALLAH dengan suasana seperti itu, cita-citamu INSYA ALLAH tercapai. Amiin . .

Salam dari saya, Hayyullah Wahyu Endriharto, Guru Besar Darussalam Qolbunsalim Indonesia

ALLAHU AKBAR !