Minggu, 21 Juni 2009

Jurus Sapu Jagad

Kita diajari oleh Allah Ta'ala dengan sepenuh Maha Kasih SayangNya kepada kita agar kita memohon: "Oh Tuhan, berikanlah kepada kami kebajikan di dunia, dan dan kebajikan di akhirat, dan jauhkanlah kami dari azab neraka."Sebuah doa yang popular sebagai doa sapu jagat. Artinya menyapu segala kesemestaan yang ada, agar Yang Ada hanya Allah Ta'ala. Jika jagad semesta sudah tersapu bersih, maka seorang hamba hanya tersimpuh di Pintu KeabadianNya. 


Namun kesalahan besar merambah ummat Islam, ketika menafsirkan ayat tersebut, dinilai sebagai anjuran agar kita menyeimbangkan fasilitas materi dunia dan spiritualitas ukhrowi. Dampaknya antara lain, banyak gerakan duniawi dibungkus dengan embel-embel ukhrowi, banyak kepentingan-kepentingan pribadi, golongan, sistem, yang dicarikan legitimasi ayat-ayat Qur'an dan Sunnah Nabi, agar disebut sebagai Islami atau sekaligus paduan dunia dan akhirat. Sebuah manipulasi paling gila dalam sejarah ummat.Allah mengajari kita agar meraih kebajikan (hasanah) di dunia. 

Wujud hasanah di dunia adalah terbukanya pintu-pintu ketaatan kita dan tertutupnya pintu-pintu maksiat kita selama di dunia. Puncak dari seluruhnya adalah menyaksikan Allah (musyahadah) dan itulah yang disebut oleh Rasulullah saw, dengan Al-Ihsan. Karenanya Al-Ihsan adalah amaliyah yang disongsong oleh hasanah. Buah Al-Ihsan adalah hasanah (kebajikan), dan hakikat kebajikan adalah tersingkapnya hijab antara hamba dengan Allah. Begitu juga kebajikan di akhirat.Sebaliknya doa "sapu jagad" itu ditutup dengan permohonan perlindungan dari 'azab neraka. 

Baik neraka dunia maupun neraka akhirat. Neraka dunia adalah terhijabnya hamba dari Allah Ta'ala, dan sang hamba tertutup oleh selimut kegelapan berupa kemungkaran, hawa nafsu, syetan dan kemaksiatan demi kemaksiatan. Kelak, secara fenomenal akan maujud dengan kenyataan visual, bahwa hijab itu adalah Neraka di akhirat, sesuai dengan lapisan hijab masing-masing, ada yang berada di lorong hijab neraka Al-Jahim, atau Jahanam, atau Saqor, atau Sa'ir dst.Karena itu pula hakikat Hasanah di dunia Wilayah dunia dan akhirat, adalah Ma'rifatullah melalui ke-Ihsanan hamba, ketika segala pengaruh waktu duniawi dengan pesona dan tipudayanya, waktu ukhrowi dengan fenomenanya, dalam kefanaan sang hamba di hadapan Allah Yang Maha Baqo'. 

Allahu Akbar!Wallahu A'lam.

J U R U S L I P A T B U M I

"Lipatan (ruang waktu) yang hakiki, adalah hendaknya anda menempuh lipatan dunia dari dirimu, sehingga engkau lihat akhirat lebih dekat padamu dibanding dekatnya pada dirimu."

Sebuah statemen ruhani yang luar biasa dari Ibnu Athaillah as-Sakandary, menghentak perjalanan ilmu pengetahuan, amaliyah, maqomat dan haal (kondisi ruhani). Inilah yang saya sebut sebagai "kejutan spiritual" yang hakiki dari seluruh perjalanan dan kehebatan para penempuh Jalan Allah (thoriqoh). Dalam ilustrasi fiktif yang pernah ditayangkan dalam kisah bersambung dari Amerika Serikat, mengenai kehebatan manusia menembus waktu masa depan dan masa lalu dalam film serial Quantum Leap dua dasawarsa silam, menggambarkan kemampuan ilmu pengetahuan manusia - dalam sekejap - bertemu dengan manusia ribuan tahun yang lampau dengan segala peradabannya, sekaligus juga menembus dimensi waktu ribuan tahun di masa depan. 

Kemudian secara teknikal muncul fiksi-fiksi ilmiyah dalam dunia cinema yang erat hubungannya dengan fisika quantum ini, yang secara teknologis digambarkan dalam film-film Perang Bintang, maupun film popular Matrix. Sebuah peradaban manusia yang imajinal, kreatif dan jenius. Gambaran-gambaran kemasadepanan peradaban, bahkan evolusi pengetahuan yang sangat transparan dipaparkan begitu dramatik oleh para seniman besar dari Barat. 

Kemudian ditiru dalam sinetron Lorong Waktu [Time Tunnel]di televisi kita.Lalu dunia seperti tersihir begitu saja oleh kemampuan imajinasi tersebut, dan sebegitu ironis, ketika manusia modern melihat ilustrasi-ilustrasi di atas, tanpa terbesit sedikitpun kohesi dan keterlibatan Allah dalam seluruh proses saintis tersebut.Semuanya baru menggambarkan eksplorasi kekuatan alam fikiran manusia, tetapi belum menyentuh eksplorasi kekuatan qalbu, apalagi ruh dan rahasia-rahasia Ilahi dalam ruh (asrar) manusia.

Tetapi, sesungguhnya - tanpa harus berapologia - dimensi-dimensi teknikal dan sains modern dimata kaum Sufi dinilai sebagai sesuatu yang sudah kuno. Bedanya, kaum Sufi telah melampaui bahkan atas kemampuan-kemampuan "ajaib" dari para saintis modern, tanpa harus menjelaskan secara iptek.Para Sufi generasi kuno telah sampai pada batas fiksi kaum modern. Jika kaum modern baru tahap imajiner fiksional, maka kaum Sufi dahulu kala telah sampai pada realitas yang dialami dengan sesungguhnya. 

Kaum Sufi seringkali diberi kemampuan luar biasa berupa karomah yang dalam sekejap mampu melipat ruang dan waktu, dalam sekejap bisa melipat bumi mana pun yang dikehendaki, mereka ada di tempat tersebut, atau waktu mana yang dikehendaki ia telah masuki dimensi-dimensinya baik di masa lalu maupun di masa depan ketika kaum Sufi berada dalam wilayah Barzakhiyah (alam antara, baik "antara" dalam dimensi jasmani maupun ruhani). 

Bahkan para Sufi modern pun mengalami hal-hal luar bisaa seperti itu.Tetapi kehebatan-kehebatan tersebut malah dikritik habis oleh Ibnu Athaillah dan para Sufi sendiri. Sebuah kedahsyatan yang hakikatnya hanyalah sebagai "ayat" atau pertanda, bahkan sekadar pengetahuan belaka, pendidikan iman, demi peningkatan rasa yaqin pada Allah swt. Tujuan pengetahuan adalah obyek yang diketahui. Kritik tersebut diarahkan agar kaum Sufi dan para penempuh Jalan Ilahi tidak terjebak oleh pesona karomah, pesona fenomena, pesona cahaya, pesona keajaiban dibalik proses penempuhannya (suluk) menuju Allah.Betapa banyak para penempuh yang terpedaya oleh pesona-pesona dalam perjalanan ruhaninya sampai Hujjatul Islam Abu Hamid Al-Ghazaly menulis kitab khusus mengenai Ghurur (Tipudaya) dari seluruh hamba Allah sesuai dengan tingkat maqomat, termasuk tipudaya bagi para Ulama dan kaum Sufi. 

Diantara ghurur yang bisa menjebak perjalanan kaum Sufi adalah kehebatan dibalik "Lompatan Ruang Waktu". Manakala seseorang diberi kemampuan tersebut, lalu dipergunakan bukan atas "Amar Ilahi", karena keinginan sendiri, bahkan nafsunya, pada saat yang sama ia telah terdegradasi dari derajat yang luhur.Oleh sebab itu Ibnu Athaillah mengingatkan dengan urutan ruang waktu minimal. Yaitu Ruang Waktu Akhirat. 

Mampukah kita semua dalam sekejap memasuki lorong waktu akhirat? Bagaimana cara kita memasuki dimensi lorong waktu ukhrawi? Rasul saw, pun bersabda, "Raihlah akhiratmu, niscaya engkau akan mendapatkan akhirat dan duniamu…"
Bahkan dalam Al-Hikam juga disebutkan, "Jika cahaya Yaqin memancar dalam jiwa anda, pastilah yang anda lihat adalah Akhirat sebagai wilayah paling dekat dengan diri anda….dibanding jika anda berjalan menuju akhirat itu sendiri…"

Jika kelak seseorang sudah memasuki lorong waktu Ukhrowi, kemudian ditingkatkan lagi quantum ruhaninya, dengan melipat waktu ukhrowi tersebut. Lalu sekejap sudah di hadapan Allah Ta'ala, tanpa ruang dan waktu. Karena itu seluruh proses 'ubudiyah kita, hendaknya Ikhlas Lillahi Ta'ala, agar terjadi proses lompatan wilayah ruhani "Fainamaa Tuwallu Fatsamma Wajhullah" (kemana pun engkau menghadap disanalah Wajah Allah) sebagai aksentuasi Lipatan.

 Hakiki.Bisyr ra, menegaskan, "Siapa yang memasuki thariqat kita ini dalam dua hari, ia telah melampaui dua kerajaan besar (dunia dan akhirat) ". Lalu disebutkan pula, "Karena dia telah meninggalkan lorong dunia pada awalnya, kemudian meninggalkan ketergantungan dengan rumah akhirat, lalu ketiga hanya di hadapan Tuhannya, tanpa sebab akibat…"
Syeikh Ibnul Abbas Al-Mursy menyatakan, "Prestasi yang sesungguhnya bukanlah anda melipat ruang bumi, lalu sekejab anda sudah di Makkah, atau bumi mana pun yang anda kehendaki. Namun prestasi yang sesungguhnya adalah anda melipat nafsu anda, dan sekejap sudah di depan Allah…"

Bahkan sebagian para Masyayikh (para Syeikh Sufi) mengingatkan, "Jangan heran dengan orang yang memasukkan tangannya ke saku bajunya yang kosong, lalu ia keluarkan tangan itu sudah dipenuhi sesuatu yang diinginkan. Anda boleh kagum manakala melihat orang yang merogoh saku bajunya, dan sama sekali saku itu kosong bolong tak ada isinya, lantas roman mukanya tidak berubah sama sekali…"
Seluruh tema-tema Tasawuf dalam rangka membangun agar 'ubudiyah kita benar-benar tidak terjegal oleh kepentingan-kepentingan selain Allah. Bahkan ada tema mengenai Zuhud yang hakikatnya untuk mengosongkan kecintaan hati dari dunia seisinya, semata untuk menghantar bahwa segalanya selain Allah adalah fana', dan yang abadi hanyalah Wajah Dia Yang Maha Agung.

Minggu, 14 Juni 2009

Inilah Musuh Iblis . . .

1. orang yang beramal dengan ilmunya,
2. orang yang mengamalkan isi ajaran Al-Quran,
3. orang yang azan untuk sembahyang fardhu,
4. orang yang mengasihi si miskin dan anak yatim,
5. orang muda yang taat kepada Allah,
6. orang yang penyayang,
7. orang yang menjaga kehalalan apa-apa yang dimakan dan diminumnya, 
8. orang yang suka sembahyang berjemaah,
9. orang yang suka bertahajjud di tengah malam,
10. orang yang senantiasa mengekalkan wudhu guna menjaga kesucian, 
11. orang yang murah hati, suka bersedekah,
12. orang yang menjaga tuturkata dan akhlaknya,
Akhlak dan Budi Pekerti 
Yang Dicontohkan Rasullullah Shalallaahu alaihi wasalam 

Perilaku seseorang merupakan barometer akal dan kunci untuk mengenal hati nuraninya. 'Aisyah Ummul Mukminin putri Ash-Shiddiq radhiyallahu 'anhuma seorang hamba terbaik yang mengenal akhlak Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan yang dapat menceritakan secara detail keadaan beliau shallallahu 'alaihi wasallam. 'Aisyah radhiyallahu 'anha adalah orang yang paling dekat dengan beliau baik saat tidur maupun terjaga, pada saat sakit maupun sehat, pada saat marah maupun ridha. 

Aisyah radhiyallahu 'anha menuturkan: 
Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam bukanlah seorang yang keji dan tidak suka berkata keji, beliau bukan seorang yang suka berteriak-teriak di pasar dan tidak membalas kejahatan dengan kejahatan. Bahkan sebaliknya, beliau suka memaafkan dan merelakan. (HR. Ahmad) 

Demikianlah akhlak beliau shallallahu 'alaihi wasallam selaku nabi umat ini yang penuh kasih sayang dan selalu memberi petunjuk, yang penuh anugrah serta selalu memberi nasihat. Semoga shalawat dan salam tercurah atas beliau. 

Al-Husein cucu beliau menuturkan keluhuran budi pekerti beliau. Ia berkata: "Aku bertanya kepada ayahku tentang adab dan etika Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam terhadap orang-orang yang bergaul dengan beliau, ayahku menuturkan: "Beliau shallallahu 'alaihi wasallam senantiasa tersenyum, luhur budi pekerti lagi rendah hati, beliau bukanlah seorang yang kasar, tidak suka berteriak-teriak, bukan tukang cela, tidak suka mencela makanan yang tidak disukainya. Siapa saja yang mengharapkanya pasti tidak akan kecewa dan siapa saja yang memenuhi undangannya pasti akan senantiasa puas. Beliau meninggalkan tiga perkara: "riya', berbangga-bangga diri dan hal yang tidak bermanfaat." Dan beliau menghindarkan diri dari manusia karena tiga perkara: "beliau tidak suka mencela atau memaki orang lain, beliau tidak suka mencari-cari aib orang lain, dan beliau hanya berbicara untuk suatu maslahat yang bernilai pahala." Jika beliau berbicara, pembicaraan beliau membuat teman-teman duduknya tertegun, seakan-akan kepala mereka dihinggapi burung (karena khusyuknya). Jika beliau diam, barulah mereka berbicara. Mereka tidak pernah membantah sabda beliau. Bila ada yang berbicara di hadapan beliau, mereka diam memperhatikannya sampai ia selesai bicara. 
Pembicaraan mereka disisi beliau hanyalah pembicaraan yang bermanfaat saja. Beliau tertawa bila mereka tertawa. Beliau takjub bila mereka takjub, dan beliau bersabar menghadapi orang asing yang kasar ketika berbicara atau ketika bertanya sesuatu kepada beliau, sehingga para sahabat shallallahu 'alaihi wasallam selalu mengharapkan kedatangan orang asing seperti itu guna memetik faedah. Beliau bersabda: "Bila engkau melihat seseorang yang sedang mencari kebutuhannya, maka bantulah dia." Beliau tidak mau menerima pujian orang kecuali menurut yang selayaknya. Beliau juga tidak mau memutuskan pembicaraan seeorang kecuali orang itu melanggar batas, beliau segera menghentikan pembicaraan tersebut dengan melarangnya atau berdiri meninggalkan majlis." (HR. At-Tirmidzi) 

Cobalah perhatikan satu persatu akhlak dan budi pekerti nabi umat ini shallallahu 'alaihi wasallam. Pegang teguh akhlak tersebut dan bersungguh-sungguhlah dalam meneladaninya, sebab ia adalah kunci seluruh kebaikan. 

Di antara petunjuk Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam adalah mengajarkan perkara agama kepada teman-teman duduknya, di antara yang beliau ajarkan adalah: 
"Barangsiapa yang wafat sedangkan ia memohon kepada selain Allah, ia pasti masuk Neraka." (HR. Al-Bukhari) 

Di antaranya juga: 
"Seorang muslim adalah yang kaum muslimin dapat terhindar dari gangguan lisan dan tangan-nya, seorang muhajir (yang berhijrah) adalah yang meninggalkan segala yang dilarang Allah Subhanahu wata’ala" (Muttafaq 'alaih). 

Dan sabda beliau shallallahu 'alaihi wasallam: 
"Sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang berjalan ke masjid di malam kelam, berupa cahaya yang sempurna pada Hari Kiamat." (HR. At-Tirmidzi dan Abu Daud) 

Demikian pula sabda beliau shallallahu 'alaihi wasallam : 
"Perangilah kaum musyrikin dengan harta, jiwa dan lisan kamu." (HR. Abu Daud) 

Diriwayatkan juga dari beliau: 
"Sesungguhnya seorang hamba berbicara dengan sebuah perkataaan yang belum jelas bermanfaat baginya sehingga membuat ia terperosok ke dalam api Neraka lebih jauh daripada jarak timur dan barat." (Muttafaq 'alaih) 

Minggu, 07 Juni 2009

Tangis Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam 

Setiap orang pasti pernah menangis, baik kaum pria maupun wanita. Akan tetapi tahukah kamu, mengapa dan karena siapa mereka menangis? Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam juga menangis, padahal dunia berada dalam genggamannya jika beliau menghendaki. Dan Surga ada di hadapan beliau, sementara beliau berada di tempat yang paling tinggi di dalamnya. Benar, beliau memang sering menangis, sebagaimana tangisan seorang hamba ahli ibadah. Beliau menangis di dalam shalat tatkala bermunajat kepada Rabb Subhannahu wa Ta'ala . Beliau juga menangis ketika mendengarkan tilawah Al-Quran. Tangisan yang bersumber dari kelembutan hati dan ketulusan nurani serta dari ma'rifat keagungan Allah Subhannahu wa Ta'ala . 

Dari Mutharrif –yakni bin Abdillah bin Asy Syikhkhir- dari bapaknya –yakni Abdullah bin Asy Syikhkhir Radhiallaahu anhu - ia berkata: 
Aku datang menemui Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam ketika beliau sedang shalat. Dari rongga dada beliau keluar suara seperti bunyi air yang tengah mendidih di dalam kuali, disebabkan tangis beliau." (HR. Abu Daud) 

Abdullah bin Mas'ud Radhiallaahu anhu menuturkan: "Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam pernah berkata kepadaku: "Bacalah Al-Qur'an untukku" aku berkata: "Wahai Rasulullah, apakah aku yang harus membacanya, sedangkan Al-Qur'an itu diturunkan kepadamu?" beliau menimpali: "Aku lebih suka mendengarkannya dari orang lain." Akupun membacakan surat An-Nisaa' untuk beliau. Hingga telah sampai pada ayat: "Maka bagaimanakah (halnya orang-orang kafir nanti), apabila kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu)." (QS. An-Nisa: 41) Aku lihat air mata beliau menetes." (HR. Al-Bukhari) 

Cobalah perhatikan uban yang menghiasi rambut beliau. Jumlahnya lebih kurang delapan belas helai di kepala dan janggut beliau. Camkanlah dengan mata hatimu, dengarkanlah kisah uban putih tersebut dari penuturan beliau. Abu Bakar Radhiallaahu anhu pernah bertanya: "Wahai Rasulullah Shalallaahu alaihi wasalam , sungguh Anda telah beruban." Beliau menjawab: 
"Surat Hud, surat Al-Waqi'ah, surat Al-Mursalat, surat 'Amma yatasaa`aluun dan surat Idzasy Syamsu kuwwirat telah menyebabkan aku beruban." (HR. At-Tirmdzi)