Senin, 16 September 2013

Tidak semua berhati ayam..

COBALAH BUAT KOORDINAT, LALU TARIKLAH GARIS.. Senada dengan yang mengatakan jumlah ayat ada 6666! Waspadalah. 1.Lathifah Qolbi Tempatnya kira kira 2 jari dibawah buah dada kiri yg mengisi lathifah tsb ialah nafsu lawwamah yg mempunyai Pengikut 7 1.Gampang tertarik 2.Zalim 3.Mengumpat 4.Ingin dipuji 5.Tidak ada rasa kasihan 6.Dusta 7.Lalai terhhadap kewajiban 2.Lathifah Ruh Tempatnya kira kira 2 jari dibawah buah dada kanan yg mengisi lathifah tsb ialah nafsu Mulhimah{sawiyah} Pengikutnya ada 7 1.Pemurah 2.Sederhana 3.Ramah-tamah 4.Rendah hati 5.Menyadari kekhilafannya 6.Sabar 7.Tabah terhadap kesusahan 3.Lathifah Sirri Tempatnya kira kira 2 jari diatas buah dada kiri yg mengisi lathifah tsb ialah nafsu Mutmainnah Pengikutnya ada 6 Pengikutnya ada 6 1.Sayang pd sesama mahkhluk 2.Tawakkal 3.Senang Beribadah 4.Selalu bersyukur 5.Ridlo 6.Takut berbuat dosa 4.Lathifah Khofi Tempatnya kira kira 2 jari diatas buah dada kanan yg mengisi lathifah tsb ialah nafsu mardliyyah {Rodliyyah} Pengikutnya ada 7 1.Baik budi 2.Meninggalkan segala hal selain Alloh 3.Belas kasih pada sesame makhluk 4.Selalu mengajak kepada kebaikan 5.Memaafkan kesalahan orang lain 6.Kasih saying pada sesama manusia 7.Peduli terhadap perasaan orang lain 5.Lathifah Akhfa Tempatnya ditengah2 dada yg mengisi lathifah tsb ialah nafsu mardliyyah Artinya kesempurnaan pengikutnya ada 3 1.Ilmul-Yaqin {yakin taunya} pangkatnya fana' lil'af'al pandangannya lama'buda illalloh 2.Ainul-Yaqin {yakin taunya}pangkatnya fana'fissifat pandangannya lamaqsuda illalloh 3.Hakkul-Yaqin {mutlak tahunya} pangkatnya fana' fidza dzat pandangannya lamaujuda illalloh 6.Lathifah Nafsi tempatnya diantara dua alis{ditengah tengah jidah} yang mengisi lathifah ini adalah nafsu ammarah pengikutnya ada 7 1.Kikir 2.Ambisius 3.Hasud 4.Bodoh 5.Sombong 6.Syahwat 7.Marah 7.Lathifah Qolab yang mengisi lathifah ini adalah nafsu kamilah yang ini tidak punya pengikut karena berasal dari anasir yang empat yaitu 1cahaya itu putih{inti air} 2cahaya angin itu kuning{inti angin} 3cahaya api itu merah{inti api 4cahaya tanah/bumi itu hitam {inti bumi}

Senin, 03 Juni 2013

Sedang Belajar Penyembuhan..??

Belajar pengobatan dari unsur agama Islam yang bagaimana? Kalau tiba-tiba anda dimbimbing oleh Sunan Kalijogo, benarkah beliau? Karena ada juga bahkan banyak orang merasa ditemui Walisongo, ternyata hanya Jin yang mengaku-aku walisongo. Kebetulan Jin itu Islam dan baik, maka ia akan bombing dengan baik. Tetapi, sebaik apa pun bimbingannya, anda jangan ikuti Jin, walau pun ia Islam. Jadi harus hati-hati. Para wali yang sudah wafat memang bisa membimbing kita yang hidup. Namun untuk membedakan apakah yang datang tadi wali tersebut atau bukan, itu harus dibedakan. Karakternya, jika yang datang Jin adalah: Menggunakan media-media khusus, apakah melalui seseorang atau yang lain untuk menghadirkan rohnya. Menggunakan amalan-amalan khusus untuk mendatangkan ruh sang wali. Ada unsur rasa bangga, bahkan merasa lebih disbanding yang lain usai proses pertemuan itu. Menjelma pada tubuh seseorang. Ada hubungannya dengan nafsu, kepentingan dunia dan popularitas misalnya. Tidak bias wushul atau meraih ma’rifatullah. Ada suara yang muncul melalui bisikan seperti mendekte.

Jumat, 15 Februari 2013

Cerita Indah..

Suatu hari, pada sekitar bulan Juli 1965, Bung Karno berdialog dengan Kadirun Yahya, anggota dewan kurator seksi ilmiah Universitas Sumatra Utara (USU). Bung Karno (BK): Saya bertanya-tanya pada semua ulama dan para intelektual yang saya anggap tahu, tapi semua jawaban tidak ada yang memuaskan saya, en jij bent ulama, tegelijk intellectueel van de exacta en metaphysica-man. Kadirun Yahya (KY): Apa soalnya Bapak Presiden? BK: Saya bertanya lebih dahulu tentang hal lain, sebelum saya memajukan pertanyaan yang sebenarnya. Manakah yang lebih tinggi, presidentschap atau generaalschap atau professorschap dibandingkan dengan surga-schap? KY: Surga-schap. Untuk menjadi presiden, atau profesor harus berpuluh-puluh tahun berkorban dan mengabdi pada nusa dan bangsa, atau ilmu pengetahuan, sedangkan untuk mendapatkan surga harus berkorban untuk Allah segala-galanya berpuluh-puluh tahun, bahkan menurut Hindu atau Budha harus beribu-ribu kali hidup baru dapat masuk nirwana. BK: Accord, Nu heb ik je te pakken Proffesor (sekarang baru dapat kutangkap Engkau, Profesor.) Sebelum saya ajukan pertanyaan pokok, saya cerita sedikit: Saya telah banyak melihat teman-teman saya matinya jelek karena banyak dosanya, saya pun banyak dosanya dan saya takut mati jelek. Maka saya selidiki Quran dan hadist. Bagaimana caranya supaya dengan mudah menghapus dosa saya dan dapat ampunan dan mati senyum; dan saya ketemu satu hadist yang bagi saya sangat berharga. Bunyinya kira-kira begini: Seorang wanita pelacur penuh dosa berjalan di padang pasir, bertemu dengan seekor anjing yang kehausan. Wanita tadi mengambil segayung air dan memberi anjing yang kehausan itu minum. Rasulullah lewat dan berkata, “Hai para sahabatku, lihatlah, dengan memberi minum anjing itu, terhapus dosa wanita itu di dunia dan akhirat dan ia ahli surga!!! Profesor, tadi engkau katakan bahwa untuk mendapatkan surga harus berkorban segala-galanya, berpuluh tahun itu pun barangkali. Sekarang seorang wanita yang banyak berdosa hanya dengan sedikit saja jasa, itu pun pada seekor anjing, dihapuskan Tuhan dosanya dan ia ahli surga. How do you explain it Professor? Waar zit‘t geheim? Kadirun Yahya hening sejenak lalu berdiri meminta kertas. KY: Presiden, U zei, dat U in 10 jaren’t antwoor neit hebt kunnen vinden, laten we zein (Presiden, tadi Bapak katakan dalam 10 tahun tak ketemu jawabannya, mari kita lihat), mudah-mudahan dengan bantuan Allah dalam dua menit, saya dapat memberikan jawaban yang memuaskan. Bung karno adalah seorang insinyur dan Kadirun Yahya adalah ahli kimia/fisika, jadi bahasa mereka sama: eksakta. KY menulis dikertas:10/10 = 1. BK menjawab: Ya. KY: 10/100 = 1/10. BK: Ya. KY: 10/1000 = 1/100. BK: Ya. KY: 10/bilangan tak berhingga = 0. BK: Ya. KY: 1000000/ bilangan tak berhingga = 0. BK: Ya. KY: Berapa saja ditambah apa saja dibagi sesuatu tak berhingga samadengan 0. BK: Ya. KY: Dosa dibagi sesuatu tak berhingga samadengan 0. BK: Ya. KY: Nah…, 1 x bilangan tak berhingga = bilangan tak berhingga. 1/2 x bilangan tak berhingga = bilangan tak berhingga. 1 zarah x bilangan tak berhingga = tak berhingga. Perlu diingat bahwa Allah adalah Mahatakberhingga. Sehingga, sang wanita walaupun hanya 1 zarah jasanya, bahkan terhadap seekor anjing sekali pun, mengkaitkan, menggandengkan gerakkannya dengan Yang Mahaakbar, mengikutsertakan Yang Mahabesar dalam gerakkannya, maka hasil dari gerakkannya itu menghasikan ibadat paling besar, yang langsung dihadapkan pada dosanya yang banyak, maka pada saat itu pula dosanya hancur berkeping keping. Hal ini dijelaskan sebagai berikut: (1 zarah x tak berhingga)/dosa = tak berhingga. BK diam sejenak lalu bertanya: Bagaimana ia dapat hubungan dengan Sang Tuhan? KY: Dengan mendapatkan frekuensinya. Tanpa mendapatkan frekuensinya tidak mungkin ada kontak dengan Tuhan. Lihat saja, walaupun 1mm jaraknya dari sebuah zender radio, kita letakkan radio kita dengan frekuensi yang tidak sama, radio kita tidak akan mengeluarkan suara dari zender tersebut. Begitu juga, walaupun Tuhan dikabarkan berada lebih dekat dari kedua urat leher kita, tidak mungkin kontak jika frekuensinya tidak sama. BK berdiri dan berucap: Professor, you are marvelous, you are wonderful, enourmous. Kemudian aia merangkul KY dan berkata: Profesor, doakan saya supaya saya dapat mati dengan senyum di belakang hari. Beberapa tahun kemudian, Bung karno meninggal dunia. Resensi-resensi harian-harian dan majalah-majalah ibukota yang mengkover kepergian beliau, selalu memberitakan bahwa beliau dalam keadaan senyum ketika menutup mata untuk selama-lamanya.

Minggu, 23 Desember 2012

Menemui Allah

“Hai manusia, sesungguhnya engkau harus berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menemui Tuhan-mu, sampai engkau bertemu dengan-Nya” (QS Al Insyqaq 84 : 6) Berjumpa dengan Tuhan adalah dambaan setiap manusia dan itu merupakan impian tertinggi yang selalu dicita-citakan oleh semua orang. Ketika berbicara tentang “Berjumpa dengan Tuhan” maka yang terbayang pada semua orang adalah Kematian, Setelah manusia meninggal dunia (nafas berhenti) barulah ada peluang berjumpa dengan Tuhannya. Berjumpa dengan Tuhan setelah kematian itu sifatnya spekulatif, (bisa ya bisa juga tidak) lalu bagaimana kalau setelah meninggal kita tidak pernah berjumpa dengan Tuhan? Kenikmatan tertinggi bagi penduduk Surga adalah melihat wajah Tuhan, artinya ada kemungkinan orang yang di surga tidak bisa melihat Tuhan, tentu saja mustahil bagi orang yang tidak masuk surga bisa berjumpa dengan Allah. Andai nanti kita tidak berjumpa dengan Tuhan di akhirat, lalu mau kemana kita? Mau balik ke dunia??? Ayat di atas memberikan gambaran kepada kita bahwa proses perjumpaan dengan Tuhan itu berlangsung di dunia dan proses situ harus kita selesaikan di dunia ini juga sehingga di akhirat kita tidak lagi mengalami kesulitan menemui Allah. Yang diperlukan adalah kesungguhan kita untuk semaksimal mungkin berusaha menemui-Nya. “Apabila hamba-Ku ingin menemui-Ku, Akupun ingin menemui-nya dan bila ia enggan menemui-Ku, Akupun enggan menemui-nya” (HR Bukhari dari Abu Hurairah) Firman Allah dalam hadist qudsi di atas memberi gambaran kepada kita bahwa Allah ingin sekali ditemui namun terkadang hamba-Nya yang lalai dengan kesibukannya sendiri. Menemui Allah, ya berjumpa dan memandang wajah-Nya itulah kenikmatan yang paling tinggi yang dirasakan oleh para pecinta-Nya. Kalau di dalam shalat anda tidak merasakan kehadiran-Nya berarti anda belum berjumpa dengan-Nya, maka anda harus belajar lagi sampai anda bermakrifat kepada-Nya. Saya menutup tulisan singkat ini dengan mengutip dialog antara saya dengan seseorang 7 tahun lalu tentang berjumpa dengan Allah. Suatu hari saya bertanya kepada seorang yang baru menekuni Tarekat (baru 3 hari), “Andai anda berjumpa dengan Allah, apa yang akan anda sampaikan kepada Allah?” Dia sepertinya terkejut dengan pertanyaan saya yang tiba-tiba dan pertanyaan tersebut belum pernah ditanyakan se umur hidupnya, dia diam tidak bisa menjawab apa2. Kemudian saya membantu dia dengan pertanyaan berikut : “Kalau anda selesai shalat apa doa anda kepada Allah?” Dia jawab dengan cepat, “bla bla bla…” Dengan senyum dan dengan suara pelan saya katakan pada dia, “Berarti selama ini dalam shalat anda tidak pernah berjumpa dengan Allah?”. Dia menganguk dengan malu. Syukur Alhamdulillah berkat Syafaat Rasulullah dan bimbingan Guru Mursyid, sahabat saya tersebut akhirnya benar-benar mengenal Allah dengan sebenar kenal dan selalu merasakan perjumpaan dengan Allah. Mudah-mudahan tulisan ini memberikan gairah kepada para pencari dan membangkitkan rindu kepada para pecinta-Nya, salam

Sabtu, 26 Mei 2012

Indahnya Puasa Bulan Rajab ...

Rajab adalah bulan ke tujuh dari penggalan Islam qomariyah (hijriyah). Peristiwa Isra Mi’raj Nabi Muhammad shalallah ‘alaih wasallam untuk menerima perintah salat lima waktu terjadi pada 27 Rajab ini. Bulan Rajab juga merupakan salah satu bulan haram, artinya bulan yang dimuliakan. Dalam tradisi Islam dikenal ada empat bulan haram, ketiganya secara berurutan adalah: Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan satu bulan yang tersendiri, Rajab. Dinamakan bulan haram karena pada bulan-bulan tersebut orang Islam dilarang mengadakan peperangan. Tentang bulan-bulan ini, Al-Qur’an menjelaskan: “Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah adalah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, Maka janganlah kamu Menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu, dan perangilah kaum musyrikin itu semuanya sebagaimana merekapun memerangi kamu semuanya, dan ketahuilah bahwasanya Allah beserta orang-orang yang bertakwa.” Hukum Puasa Rajab Hadis-hadis Nabi yang menganjurkan atau memerintahkan berpuasa dalam bulan- bulan haram (Dzulqa’dah, Dzulhijjah, Muharram dan Rajab) itu cukup menjadi hujjah atau landasan mengenai keutamaan puasa di bulan Rajab. Diriwayatkan dari Mujibah al-Bahiliyah, Rasulullah bersabda "Puasalah pada bulan-bulan haram." (Riwayat Abu Dawud, Ibnu Majah, dan Ahmad). Hadis lainnya adalah riwayat al-Nasa'i dan Abu Dawud (dan disahihkan oleh Ibnu Huzaimah): "Usamah berkata pada Nabi Muhammad Saw, “Wahai Rasulallah, saya tak melihat Rasul melakukan puasa (sunnah) sebanyak yang Rasul lakukan dalam bulan Sya'ban. Rasul menjawab: 'Bulan Sya'ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadan yang dilupakan oleh kebanyakan orang.'" Menurut as-Syaukani dalam Nailul Authar, dalam bahasan puasa sunnah, ungkapan Nabi, "Bulan Sya'ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadan yang dilupakan kebanyakan orang" itu secara implisit menunjukkan bahwa bulan Rajab juga disunnahkan melakukan puasa di dalamnya. Keutamaan berpuasa pada bulan haram juga diriwayatkan dalam hadis sahih imam Muslim. Bahkan berpuasa di dalam bulan-bulan mulia ini disebut Rasulullah sebagai puasa yang paling utama setelah puasa Ramadan. Nabi bersabda : “Seutama-utama puasa setelah Ramadan adalah puasa di bulan-bulan al-muharram (Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab). Al-Ghazali dalam Ihya’ Ulumid-Din menyatakan bahwa kesunnahan berpuasa menjadi lebih kuat jika dilaksanakan pada hari-hari utama (al-ayyam al-fadhilah). Hari- hari utama ini dapat ditemukan pada tiap tahun, tiap bulan dan tiap minggu. Terkait siklus bulanan ini Al-Ghazali menyatakan bahwa Rajab terkategori al-asyhur al-fadhilah di samping dzulhijjah, muharram dan sya’ban. Rajab juga terkategori al-asyhur al-hurum di samping dzulqa’dah, dzul hijjah, dan muharram. Disebutkan dalam Kifayah al-Akhyar, bahwa bulan yang paling utama untuk berpuasa setelah Ramadan adalah bulan- bulan haram yaitu dzulqa’dah, dzul hijjah, rajab dan muharram. Di antara keempat bulan itu yang paling utama untuk puasa adalah bulan al-muharram, kemudian Sya’ban. Namun menurut Syaikh Al-Rayani, bulan puasa yang utama setelah al-Muharram adalah Rajab. Terkait hukum puasa dan ibadah pada Rajab, Imam Al-Nawawi menyatakan, telah jelas dan shahih riwayat bahwa Rasul SAW menyukai puasa dan memperbanyak ibadah di bulan haram, dan Rajab adalah salah satu dari bulan haram, maka selama tak ada pelarangan khusus puasa dan ibadah di bulan Rajab, maka tak ada satu kekuatan untuk melarang puasa Rajab dan ibadah lainnya di bulan Rajab” (Syarh Nawawi ‘ala Shahih Muslim). Wallohu a'lam bishowab...

Rabu, 02 Mei 2012

Mehamami Hijab dan Sifat DekatNya (Syeikh Ibnu ‘Athaillah As-Sakandary)

“Sebenarnya, Allah Swt tertirai darimu semata-mata karena sangat Maha DekatNya padamu.” Dalam syarahnya terhadap Al-Hikam, Syeikh Zarruq menegaskan, bahwa dekatnya Allah Swt itu tidak dipahami sebagai dekatnya suatu benda dengan benda lain, atau dekatnya jarak, atau dekatnya sesuatu yang dikaitkan dengan yang lain. Karena dekat semacam itu mustahil bagi Allah Swt. Yang dimaksud dengan dekatNya adalah kedekatan meliputiNya melalui sifat Ilmu, Qudrat dan IradatNya, selayaknya keMahaBesaran dan keMahaIndahanNya. Dan sudah nyata bahwa Qudrat dan IradatNya meliputi wujudnya hamba dan IlmuNya meliputi seluruh waktu dan gerak gerik hambaNya. Yang menggerakkan aktivitas dan mewujudkan makhluk adalah Dia, karena itu Dialah yang Maha Dekat kepada makhliuk dibanding adanya makhluk itu sendiri. Sedangkan hijab (tirai) bagi makhluk muncul karena wujud makhluk atau karena makhluk itu diwujudkan. Ketika semakin kuat eksistensi wujud makhluk dan semakin luas ekspresi aktivitasnya, maka semakin kuat pula hijab mereka, disebabkan kesibukan mereka tersebut. Itulah realitas manifestasi kedekatan yang meliputi. Sedangkan kuatnya sifat Dekat membuat makhluk terhijab dari dekat dan yang mendekat. Dalam al-Qur’an disebutkan, “Dan Kami lebih dekat padanya dibanding kalian, tetapi kalian tidak melihatnya.” (Al-Waqi’ah 85) Maka Syeikh Abul Abbas Al-Mursy bermunajat: “Wahai Yang Maha Dekat, Engkaulah Yang Dekat, sedangkan akulah yang jauh. Kedekatanmu padaku membuat aku putus asa pada selain DiriMu, sedangkan jauhku padaMu, mengembalikan aku untuk terus mencari anugerah dariMu. Maka limpahkanlah anugerahMu padaku sehingga hasratku terhapus oleh kehendakMu, Wahai Yang Maha Kuat nan Maha Mulia.” Ibnu Athaillah as-Sakandary melanjutkan: “Allah Swt tertutup karena dahsyatnya kejelasanNya, dan Dia tersembunyi dari pandangan mata karena agungnya cahayaNya.” Kejelasan Allah Swt tampak dalam tindakanNya, itulah yang membuat para makhluk tertutup melihatNya langsung. Kejelasan itu disebabkan pancaran Nur SifatNya yang tampak pada seluruh semesta makhluk, yang dinunia ini hanya bisa dilihat secara maknawi (spiritual). Kadar ruhani maknawi seseorang sangat erat kaitannya dengan aktivasi penglihatannya di akhirat kelak, menurut Sunnatullah Swt. Sangat kuatnya wujud kejelasanNya, membuat terhalangnya untuk memandangNya. Sebagaimana mata kelelawar ketika tersorot oleh cahaya matahari, semakin dekat cahaya itu semakin buta matanya – “Dan bagi Allah adalah contoh yang luhur“ – Inilah para Sufi menegaskan, “Orang yang memandang – dalam bertauhid – seperti orang yang memandang matahari, ketika pandangannya semakin bertambah kuat ia semakin buta.” Maka Sayyidina Abu Bakr ash-Shiddiq ra, mengatakan, “Maha Suci Dzat yang tidak menjadikan jalan bagi makhluk untuk mengenalNya, kecuali jalan itu adalah ketakberdayaan untuk mengenalNya.”

Jumat, 20 April 2012

Jubah itu indah . .

Laa ilaha illalohu wahdah laa syarikalah, lahul mulku walahul khamdu, yuhyii wa mumitu wahua ala kulli syai'inq qodiirr..
Buat yang sedang umrah hari ini..
lautan warna itu putih..
Mukena putih.. jubahpun putih..
saat terduduk di arofahpun, semuanya putih . .

Dialam putih : (MU)liaNya Allah menantimu, (KE)kuatan Allah bersamamu, keme(NA)ngan Allah menuntunmu karena Allah dan RasulNya pasti menang.. maka indahnya pandangan mata hari ini mengajak ber 'Jubah', (JU)jur (B)ersama All(AH). Semuanya betapa menikmati shalat mereka . . shalat yang merupakan mi'roj nya kaum mu'min. --Maka tiadalah kaum mu'min yang meninggalkan shalat pastilah kafir secara terang-terangan... HR.Ahmad-- karena Allah Robbul alamin sendiri yang memerintahkan shalat..

melihat Allah dengan matahati (bashiroh), semoga menjadi 'putih' hati kita kaum yang mempercayai dan taat kepada Sang Maha Ghoib serta hari akhir, yang merindukan kembali bersamaNya.. Tak ada sebutir debu amal yang tidak kembali kita nikmati buah-amalnya, dan Allah tidak akan pernah salah alamat ... maka masuklah islam secara keseluruhan dengan bersyariatul islam, berthoriqotul islam, ber haqeqotul islam dan bermakrifatul islam.. tidak ada syariat tanpa haqekat karena tidak akan sampai tujuan juga tak ada haqekat tanpa syariat karena tidak akan punya wadhah memahami makna ilmu-ilmu..

Laa ilaha illalloh huwallohu akbar, laa khaula walaa quata illa billah,
Robbana innana amanna faghfirlana dzunubana waqina adzabbannar,
dari alam ruh yang penuh kemuliaan kita akan kembali lagi kepadaNya yang penuh kemuliaan, berjuang meraih kemenangan melawan diri sendiri dengan jujur bersama Allah, . .

Dialah Ash-Shomad, lam yaalid walaam yuulad..
Sang Maha Hidup dan Berdiri Sendiri . .
Huwal Hayyul Qoyuumm.