Minggu, 21 Juni 2009

J U R U S L I P A T B U M I

"Lipatan (ruang waktu) yang hakiki, adalah hendaknya anda menempuh lipatan dunia dari dirimu, sehingga engkau lihat akhirat lebih dekat padamu dibanding dekatnya pada dirimu."

Sebuah statemen ruhani yang luar biasa dari Ibnu Athaillah as-Sakandary, menghentak perjalanan ilmu pengetahuan, amaliyah, maqomat dan haal (kondisi ruhani). Inilah yang saya sebut sebagai "kejutan spiritual" yang hakiki dari seluruh perjalanan dan kehebatan para penempuh Jalan Allah (thoriqoh). Dalam ilustrasi fiktif yang pernah ditayangkan dalam kisah bersambung dari Amerika Serikat, mengenai kehebatan manusia menembus waktu masa depan dan masa lalu dalam film serial Quantum Leap dua dasawarsa silam, menggambarkan kemampuan ilmu pengetahuan manusia - dalam sekejap - bertemu dengan manusia ribuan tahun yang lampau dengan segala peradabannya, sekaligus juga menembus dimensi waktu ribuan tahun di masa depan. 

Kemudian secara teknikal muncul fiksi-fiksi ilmiyah dalam dunia cinema yang erat hubungannya dengan fisika quantum ini, yang secara teknologis digambarkan dalam film-film Perang Bintang, maupun film popular Matrix. Sebuah peradaban manusia yang imajinal, kreatif dan jenius. Gambaran-gambaran kemasadepanan peradaban, bahkan evolusi pengetahuan yang sangat transparan dipaparkan begitu dramatik oleh para seniman besar dari Barat. 

Kemudian ditiru dalam sinetron Lorong Waktu [Time Tunnel]di televisi kita.Lalu dunia seperti tersihir begitu saja oleh kemampuan imajinasi tersebut, dan sebegitu ironis, ketika manusia modern melihat ilustrasi-ilustrasi di atas, tanpa terbesit sedikitpun kohesi dan keterlibatan Allah dalam seluruh proses saintis tersebut.Semuanya baru menggambarkan eksplorasi kekuatan alam fikiran manusia, tetapi belum menyentuh eksplorasi kekuatan qalbu, apalagi ruh dan rahasia-rahasia Ilahi dalam ruh (asrar) manusia.

Tetapi, sesungguhnya - tanpa harus berapologia - dimensi-dimensi teknikal dan sains modern dimata kaum Sufi dinilai sebagai sesuatu yang sudah kuno. Bedanya, kaum Sufi telah melampaui bahkan atas kemampuan-kemampuan "ajaib" dari para saintis modern, tanpa harus menjelaskan secara iptek.Para Sufi generasi kuno telah sampai pada batas fiksi kaum modern. Jika kaum modern baru tahap imajiner fiksional, maka kaum Sufi dahulu kala telah sampai pada realitas yang dialami dengan sesungguhnya. 

Kaum Sufi seringkali diberi kemampuan luar biasa berupa karomah yang dalam sekejap mampu melipat ruang dan waktu, dalam sekejap bisa melipat bumi mana pun yang dikehendaki, mereka ada di tempat tersebut, atau waktu mana yang dikehendaki ia telah masuki dimensi-dimensinya baik di masa lalu maupun di masa depan ketika kaum Sufi berada dalam wilayah Barzakhiyah (alam antara, baik "antara" dalam dimensi jasmani maupun ruhani). 

Bahkan para Sufi modern pun mengalami hal-hal luar bisaa seperti itu.Tetapi kehebatan-kehebatan tersebut malah dikritik habis oleh Ibnu Athaillah dan para Sufi sendiri. Sebuah kedahsyatan yang hakikatnya hanyalah sebagai "ayat" atau pertanda, bahkan sekadar pengetahuan belaka, pendidikan iman, demi peningkatan rasa yaqin pada Allah swt. Tujuan pengetahuan adalah obyek yang diketahui. Kritik tersebut diarahkan agar kaum Sufi dan para penempuh Jalan Ilahi tidak terjebak oleh pesona karomah, pesona fenomena, pesona cahaya, pesona keajaiban dibalik proses penempuhannya (suluk) menuju Allah.Betapa banyak para penempuh yang terpedaya oleh pesona-pesona dalam perjalanan ruhaninya sampai Hujjatul Islam Abu Hamid Al-Ghazaly menulis kitab khusus mengenai Ghurur (Tipudaya) dari seluruh hamba Allah sesuai dengan tingkat maqomat, termasuk tipudaya bagi para Ulama dan kaum Sufi. 

Diantara ghurur yang bisa menjebak perjalanan kaum Sufi adalah kehebatan dibalik "Lompatan Ruang Waktu". Manakala seseorang diberi kemampuan tersebut, lalu dipergunakan bukan atas "Amar Ilahi", karena keinginan sendiri, bahkan nafsunya, pada saat yang sama ia telah terdegradasi dari derajat yang luhur.Oleh sebab itu Ibnu Athaillah mengingatkan dengan urutan ruang waktu minimal. Yaitu Ruang Waktu Akhirat. 

Mampukah kita semua dalam sekejap memasuki lorong waktu akhirat? Bagaimana cara kita memasuki dimensi lorong waktu ukhrawi? Rasul saw, pun bersabda, "Raihlah akhiratmu, niscaya engkau akan mendapatkan akhirat dan duniamu…"
Bahkan dalam Al-Hikam juga disebutkan, "Jika cahaya Yaqin memancar dalam jiwa anda, pastilah yang anda lihat adalah Akhirat sebagai wilayah paling dekat dengan diri anda….dibanding jika anda berjalan menuju akhirat itu sendiri…"

Jika kelak seseorang sudah memasuki lorong waktu Ukhrowi, kemudian ditingkatkan lagi quantum ruhaninya, dengan melipat waktu ukhrowi tersebut. Lalu sekejap sudah di hadapan Allah Ta'ala, tanpa ruang dan waktu. Karena itu seluruh proses 'ubudiyah kita, hendaknya Ikhlas Lillahi Ta'ala, agar terjadi proses lompatan wilayah ruhani "Fainamaa Tuwallu Fatsamma Wajhullah" (kemana pun engkau menghadap disanalah Wajah Allah) sebagai aksentuasi Lipatan.

 Hakiki.Bisyr ra, menegaskan, "Siapa yang memasuki thariqat kita ini dalam dua hari, ia telah melampaui dua kerajaan besar (dunia dan akhirat) ". Lalu disebutkan pula, "Karena dia telah meninggalkan lorong dunia pada awalnya, kemudian meninggalkan ketergantungan dengan rumah akhirat, lalu ketiga hanya di hadapan Tuhannya, tanpa sebab akibat…"
Syeikh Ibnul Abbas Al-Mursy menyatakan, "Prestasi yang sesungguhnya bukanlah anda melipat ruang bumi, lalu sekejab anda sudah di Makkah, atau bumi mana pun yang anda kehendaki. Namun prestasi yang sesungguhnya adalah anda melipat nafsu anda, dan sekejap sudah di depan Allah…"

Bahkan sebagian para Masyayikh (para Syeikh Sufi) mengingatkan, "Jangan heran dengan orang yang memasukkan tangannya ke saku bajunya yang kosong, lalu ia keluarkan tangan itu sudah dipenuhi sesuatu yang diinginkan. Anda boleh kagum manakala melihat orang yang merogoh saku bajunya, dan sama sekali saku itu kosong bolong tak ada isinya, lantas roman mukanya tidak berubah sama sekali…"
Seluruh tema-tema Tasawuf dalam rangka membangun agar 'ubudiyah kita benar-benar tidak terjegal oleh kepentingan-kepentingan selain Allah. Bahkan ada tema mengenai Zuhud yang hakikatnya untuk mengosongkan kecintaan hati dari dunia seisinya, semata untuk menghantar bahwa segalanya selain Allah adalah fana', dan yang abadi hanyalah Wajah Dia Yang Maha Agung.

Tidak ada komentar: